OBROLAN MENJELANG 2019
“Saya meilihat pola bapak dalam menjalankan bisnis terlihat santai, tidak banyak formula yang keluar dari mulut atau status yang gegap gempita, bisa cerita sedikit pak apakah penilaian saya ini benar atau tidak”.
Terhentak saya mendengarkan pernyataan itu keluar dari staff yang khusus menangani project – project baru di lingkup kerja saya, staff yang sudah saya ajak semenjak Ia menamatkan bangku sarjana jurusan Teknik Sipil di salah satu universitas negeri di Bali.
Pertanyaan itu muncul ketika dalam perjalanan pulang dari kondangan salah satu team arsitek saya, Saya tidak langsung menjawabnhya, tapi setelah beberapa detik lewat saya mulai menjawab “Saya mempelajari ilmu entrepreneurship, saya mempelajari ilmu bisnis dan saya sempat secara intents mempelajari konsep franchise sampai akhirnya pernah melahirkan usaha franchise dengan 15 cabang ketika usia saya 22 tahun, saya juga punya passion dalam marketing dan saya membaca banyak buku – buku tetang branding, sampai akhirnya saya mengikuti sertifikasi business coach dan sempat menggeluti profesi business coach dan berbicara di banyak forum dan perusahaan khususnya dalam ranah branding dan marketing”
Belum saya melanjutkan kalimat saya staff saya ini menyela “trus, trus kenapa saya melihat bapak tidak banyak membicarakan pola – pola, teknis dan strategi bisnis tersebut”
“Bisnis itu esensinya adalah untuk dikerjakan, tindakan berbicara lebih hebat dari sekedar bicara” sanggah saya sedikit bercanda. “ Becanda De, maksud saya bukan arogan ya, gini… saya pernah melewati beberapa fase dalam membangun usaha, mulai dari membangun personal branding, kemudian corporate branding, membangun sistemasi bisnis, menentukan captive market, mempelajari customer behavior, lean six sigma dan berbagai literasi lainnya”
”Terus” dia menyela
“Sampai akhirnya saya mendapatkan sebuah kedalaman dalam sebuah ranah usaha atau bisnis. Yaitu sebuah quotes yang banyak viral di Instagram yang berbunyi “Hidup itu seperti mengayuh sepeda, ketika kita berhenti mengayuhnya maka kita akan terjatuh” intinya kita punya satu tugas yang utama yaitu bergerak!” staff saya manggut – manggut, saya tidak begitu faham maksudnya apakah mengerti atau malah kebingungan hahahahaha.
Ya, bagi saya, semua pengetahuan yang kita pelajari akan menjadi landasan atau pondasi, tetapi tugas utama kita kemudian adalah bergerak, berkreasi, ber-inovasi, bekerja dengan passion.
“Dalam perjalanan Bapak, apakah pernah merasa kesal, jengkel atau marah terhadap apapun yang terkait dengan pekerjaan, bisnis atau yang lainnya?” dia nambahin lagi pertanyaan, padahal perjalanan sudah hamper sampai di rumah.
“Pernah, ketika kreativitas kita di contek, di tiru terus di modif – modif gitu, tapi buntut – buntutnya mereka malah merasa jadi inovatornya hehehehe, tapi itu dulu. Sekarang saya menyadari seseorang yang menjadi creator, sarat kreativitas, tidak berhenti untuk ber-inovasi memang akan menjadi rujukan atau contoh atau role model. Ya kita harus memakluminya”
“Ada yang kebangetan gak?” dia sepertinya serius…
“Ada, ada yang samar – samar tetapi ada yang kebangetan, missal sampai warna outlet, seragam di buat sama, gaya marketingnya juga di mirip – miripin, buat brosur juga mirip, ah hampir semuanya sama, sampai follower IG aja mau di samain dengan cara beli follower, gak lucu sihhhh Di satu sisi mereka merasa biasa – biasa saja dan merasa keren hehehehe, mereka tidak faham sebuah etika dalam menjalankan sebuah usaha. Tapi sekali lagi itu adalah tantangan kita sebagai sosok yang tidak mau berhenti berkarya. Nikmati dan terus bergerak”
Itu kalimat terakhir saya ketika mobil sudah sampai tepat di pintu garase saya dan hujan kebetulan juga sudah berhenti.
Selamat tahun baru 2019, selamat BERGERAK!
I Nyoman Sukadana
Chairman Ezzy Group