Menjadi “Digital Literate” Keahlian Era Baru dan Sebuah Keniscayaan akan Kebutuhannya
Kegelisahan generasi jaman now, adalah situasi yang disebut sebagai “uncertainty” yaitu situasi yang berubah – ubah tanpa kita sadari, yang bahkan selalu terjadi diluar kontrol kita. Pandemi covid-19 yang terjadi selama dua tahun lebih ini, telah merubah banyak sekali kebiasaan masyarakat dan individu – individu di dalamnya. Hal ini juga secara sangat signifikan telah mempengaruhi situasi bisnis pariwisata dan perhotelan di negeri kita.
Situasi yang berada pada ketidakjelasan ini, telah merubah pola pikir masyarakat, terjadinya kebiasaan – kebiasaan baru dalam kehidupan pribadi, bahkan interaksi antar anggota masyarakat dalam berbagai bidang termasuk dalam bidang ekonomi dan pemenuhan kebutuhan sehari – hari. Kebiasaan dan pola – pola baru bahkan meningkat dalam bisnis perhotelan, dimana sistem pemasaran dan penjualan yang meningkat kearah online system akan merubah kebutuhan hotel akan kualifikasi karyawannya.
Dahulu kita harus pergi kepasar pagi untuk berbelanja sayur mayur dan bahan untuk memasak, walaupun pasar ini berkembang menjadi “supermarket” dengan cara belanja sistem swalayan, yaitu kita bisa memilih produk dan melayani diri sendiri, namun secara sadar ataupun tidak, pasar inipun telah ter-disrupt oleh era digital saat ini, misalnya ternyata pasar itu sudah berada di genggaman kita. Dengan menggenggam handphone kita bisa memilih pasar mana saja untuk membeli sayur dan barang – barang yang kita butuhkan. Akhirnya semua kebutuhan kita bisa kita penuhi melalui genggaman kita. Ini suatu kemudahan sebagai dampak positif dari kondisi “uncertainty” tadi. Namun, apakah kita hanya bisa dimudahkan dan menjadi pengguna dari perubahan itu, yang lama kelamaan pasti tidak aman buat kita. Jawabannya tentu saja tidak, kita sebagai generasi era ini harusnya menjadi seseorang yang mampu mengelola “mengorganize” kondisi tersebut.
Untuk menjadi seseorang yang memiliki kemampuan mengelola kondisi dan kebiasaan ter-update dari masyarakat ini, kita harus memiliki pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill) yang memadai dalam hal digital, dan tentunya kita harus membangun dan meng-improve diri kita dengan digitalisasi.
Kita menyadari akan kebutuhan proses digitalisasi, namun tidak banyak kampus pariwisata “aware” akan kebutuhan human capital, sumber daya manusia yang skillful dan digital literate, yaitu karyawan yang memiliki pengetahuan literasi dan keterampilan digital. Elizabeth International satu – satunya kampus perhotelan yang memiliki rating tertinggi atas “awareness” ini. Kampus perhotelan terbaik di Bali ini telah sangat menyadari bahwa hotel dan restaurant memiliki kebutuhan yang tinggi akan karyawan yang “digital literate”.
Untuk mengakomodasi kebutuhan industri akan karyawan yang digital literate ini, Elizabeth International telah membuka jurusan keren yaitu Hotel Frontliner and Digital Marketing. Kuliah pada jurusan ini, mahasiswa akan diberikan pemahaman tentang pemasaran dan penjualan (Sales & Marketing), berkomunikasi dengan baik dengan pelanggan baik secara langsung maupun melalui e-mail, atau Correspondence, Google Ads, E-commerce dan banyak lagi hal yang ditelusuri berkaitan dengan dunia digital.
Dengan mengambil jurusan Hotel Frontliner and Digital Marketing, Elizabeth International yakin mahasiswa mampu menjadi kandidat terkuat untuk menduduki posisi -posisi sentral di dunia pariwisata dan perhotelan, diantaranya Front Office, E-commerce, Reservation, Sales Executive, Marketing Communications, Public Relations, Revenue Officer dengan kualifikasi yang mumpuni. Lulusan ini akan menjadi sangat kompetitif di dunia industri, memiliki kemampuan dan special skill yang handal.
Elizabeth International, kampus perhotelan berbasis digital dan entrepreneurship, siap menyambut generasi millennial dan Z untuk bergabung dan siap menjadi kandidat terbaik menapaki dunia industri perhotelan dengan kualitas eksklusif. “Salam Sukses Luar Biasa”.