Mengenal Galungan dan Kuningan: Tradisi dan Maknanya
Galungan dan Kuningan adalah dua perayaan penting dalam kalender Hindu di Indonesia, yang dirayakan oleh masyarakat Hindu di Pulau Bali dan wilayah lainnya. Kedua perayaan ini memiliki makna mendalam dalam kehidupan spiritual dan budaya masyarakat Hindu.
Hari Raya Galungan diperingati sebagai hari untuk merayakan kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan), menurut mitologi Hindu. Hari Raya Galungan dirayakan oleh umat Hindu setiap enam bulan Bali (210 hari), tepatnya pada hari Buddha Kliwon Dungulan (Rabu Kliwon wuku Dungulan). Hari Raya Galungan juga merupakan hari di mana umat Hindu memperingati terciptanya alam semesta beserta seluruh isinya.
Sebelum Hari Raya Galungan, masyarakat Hindu melakukan berbagai persiapan, termasuk membersihkan rumah, membuat sesajen (persembahan) untuk diletakkan di pura (tempat ibadah). Pada Hari Raya Galungan, umat Hindu pergi ke Pura untuk bersembahyang, berdoa, dan memberikan persembahan kepada Sang Hyang Widhi, guna meminta keselamatan.
Hari Raya Kuningan, yang jatuh 10 hari setelah Galungan, merupakan hari raya memperingati kebesaran Sang Hyang Widhi dalam wujud Sang Hyang Parama Wisesa. Sang Hyang Parama Wisesa adalah roh-roh suci serta pahlawan Dharma yang berjasa membentuk akhlak manusia menjadi luhur. Pada Hari Raya Kuningan, persembahyangan dilakukan dengan menyiapkan sesajen dengan menggunakan ajengan (nasi) yang berwarna kuning. Ajengan yang berwarna kuning memiliki arti simbol kemakmuran.
Galungan dan Kuningan memiliki makna spiritual yang dalam bagi umat Hindu. Perayaan ini tidak hanya mengingatkan akan pentingnya mempertahankan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi momen untuk memperkuat ikatan keluarga dan masyarakat. Kami seluruh Keluarga Besar ELizabeth International mengucapkan, Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan kepada seluruh saudara Kami yang merayakan.